Dirumahku .. banyak air ..
Bebas utk digunakan & diminum ..
Dirumahku .. banyak anak-anak
Dari anak makasar sampai anak sunda ..
Oo apa kalian gak iri mendengar tentang ini . ?
Oo apa kalian gak iri .. mendengar kabar ini ?
Di rumahku .. banyak tanaman ..
Dari Kamboja Bali sampai Rambutan Aceh ..
Di rumahku .. banyak orang-orang
Yg tidak pernah berkelahi selalu damai ..
Oo .. apa kalian gak ingin hidup seperti kami ?
Oo .. apa kalian gak ingin gabung bersama kami?
Aku takut .. keluar rumah !
Banyak penderitaan & kehancuran ! "Dirumahku" Slank
Surga adalah sebuah tempat yang penuh kenikmatan, kebahagiaan,
keindahan serta segala bentuk kebaikan lainnya. Maka tak heran, jika
kata surga sering dipakai untuk mewakili sesuatu yang penuh
kebahagiaan, misalnya ungkapan “Rumahku Surgaku”.
Beragam
kenikmatan dan kebahagiaan akan kita dapatkan di dunia kalau kita
mampu mengoptimalkan segala nikmat Allah yang diberikan kepada kita.
Begitupun
kenikmatan dan kebahagiaan di rumah akan kita dapatkan, jika kita
mampu mamanej keluarga kita menjadi keluarga yang harmonis.
Rumah
adalah tempat berteduh bagi setiap individu dalam keluarga dari
kesibukan di luar. Di dalamnya menjanjikan sejuta kedamaian dan kasih
sayang yang harmonis.
Islam sebagai agama
sempurna yang mengatur bagaimana mewujudkan kebahagiaan, menciptakan
rumah sebagaimana slogan “Baitii Jannatii’ [Rumahku, Surgaku]. Rumah
yang didalamnya ditemukan kedamaian, kasih sayang dan rahmat dari
Illahi, laksana sebuah surga di dunia.
Slogan ”Rumahku Surgaku” dapat
berasal dari sebuah rumah dengan bangunan yang indah, megah dan luas
laksana istana raja, namun tak menutup kemungkinan, jika ungkapan
”Rumahku surgaku” keluar dari mulut penghuni rumah yang sangat
sederhana, namun bersih dan rapih serta penghuninya berhati lapang
sehingga rumah yang tidak luas pun terasa lapang.
Kebahagiaan
laksana surga dunia yang dapat dirasakan oleh keluarga dengan paras
tampan dan cantik. Namun kebahagiaan dapat pula terwujud dari pasangan
dengan wajah dan penampilan fisik biasa saja, namun memiliki hati
rupawan yang lahir dalam bentuk akhlak mulia, sehingga pemiliknya
terlihat sangat menawan. Kebahagiaan jelas hanya dimiliki oleh orang-orang yang suka berbuat
baik, namun sebagai manusia biasa mereka pun tak lepas dari kesalahan,
hanya saja setiap kesalahan yang dilakukan selalu diiringi kebaikan
untuk mengimbanginya.
”Rumahku Surgaku” pun bukan berarti sebuah rumah yang
hanya berisi kebahagiaan dan kesenangan tanpa masalah dan rasa sedih,
namun mereka yang mampu menghiasi rumahnya dengan sikap sabar dan syukur.
Setiap
orang pasti mendambakan rumah tangga bahagia, yang mampu mewujudkan
”baitii jannatii (Rumahku Surgaku)”. Namun demikian, untuk mewujudkan
”Rumahku Surgaku” tidak semudah membalikkan telapak tangan, tentu harus
ada usaha yang menyertai harapan tersebut. Sayangnya jaman sekarang ini banyak anak muda yang kurang betah
dirumahnya sendiri, mereka lebih betah diluar rumah ketimbang di dalam
rumah. Bagi mereka rumah hanya buat tidur, ganti pakaian dan mandi. Dibawah ini ada beberapa cara agar kita betah dirumah dan menjadi Surga buat penghuninya, yaitu:
1. Jadikan agama sebagai pondasi keluarga.
Keluarga
dalam pandangan Islam memiliki nilai yang besar. Bahkan Islam menaruh
perhatian besar terhadap kehidupan keluarga dengan meletakkan
kaidah-kaidah yang arif guna memelihara kehidupan keluarga dari
ketidak-harmonisan dan kehancuran.
Kenapa demikian besar
perhatian Islam? Karena tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga adalah
batu pertama untuk membangun istana masyarakat muslim dan merupakan
madrasah iman yang diharapkan dapat mencetak generasi-generasi muslim
yang mampu meninggikan kalimat Allah di muka bumi. Untuk mewujudkan
masyarakat muslim yang lebih luas, sebelumnya kita harus membentuk
keluarga muslim yang memiliki pondasi agama.
Rasulullah SAW
pernah bersabda, “Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikannya,
sebab kecantikan itu akan lenyap dan janganlah kamu menikahi mereka
karena hartanya, sebab harta itu akan membuat dia sombong. Akan tetapi,
nikahilah mereka karena agamanya, sebab seorang budak wanita yang hitam
dan beragama itu lebih utama.” (H.R. Ibnu Majah).
Bila pondasi
agama kuat, maka akan kuat pula masyarakat dan akan terwujud
kebahagiaan yang didambakan. Sebaliknya, bila tercerai berai ikatan
keluarga dan kerusakan meracuni anggota keluarganya, maka dampaknya
terlihat pada masyarakat, sehingga kebahagiaan dalam keluarga pun akan
sulit untuk dicapai.
2. Jadikan cinta kasih sebagai atapnya.
Cinta
Kasih adalah sesuatu yang mesti ada dalam sebuah pernikahan, karena
cinta merupakan bumbu perkawinan. Jika pernikahan dibarengi dengan
cinta, maka pernikahan akan terasa indah, penuh dinamika.
Namun,
jika pernikahan tidak disertai dengan cinta, maka pernikahan akan
terasa hampa, tanpa dinamika. Dan Rasulullah selalu menganjurkan umatnya
untuk memiliki cinta dalam pernikahannya. Dalam salah satu hadits
dikisahkan, bahwa Mughirah bin Syu’bah telah meminang seorang gadis,
kemudian Rasulullah saw memberikan nasehatnya: ”Lihatlah gadis tersebut
terlebih dahulu, karena dengan melihatnya bisa menjamin kelangsungan
dan keharmonisan engkau berdua” (H.R. At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu
Majah dan Ahmad).
Jadi, ketika akan melangsungkan akad nikah,
maka tanamkanlah cinta kasih diantara keduanya, dan bawalah cinta kasih
tersebut kedalam rumah tangga yang kelak akan dijalaninya. Insya Allah
harapan ”Rumahku Surgaku” akan tercapai.
3. Hiasi keluarga dengan jiwa sabar dan syukur.
Rasulullah SAW bersabda, ”Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua
urusannya baik baginya dan kebaikan itu tidak dimiliki kecuali oleh
seorang mukmin. Apabila dia mendapat kesenangan dia bersyukur dan itulah
yang terbaik untuknya. Dan apabila mendapat musibah dia bersabar dan
itulah yang terbaik untuknya.” (H.R. Muslim).
Keluarga sakinah
terbentuk bukan karena kosongnya kesulitan, ujian, dan problematika
hidup. Tapi, ia terbentuk karena sikap dan cara menyikapinya dengan
benar, yaitu dengan menanamkan sikap sabar dan syukur. Adanya
problematika hidup menyebabkan manusia dapat memaknai arti sebuah jalan
keluar yang diambilnya. Dan agar manusia kreatif dalam mencari,
menemukan keputusan yang tepat sebagai jalan keluar bagi problematika
hidupnya.
4. Jadikan keteladanan sebagai cara utama dalam mendidik anak-anak.
Ali
bin Abi Thalib pernah berpesan, ”Didiklah anak-anakmu dengan bijak,
karena mereka akan mengalami zaman yang tidak akan engkau alami”. Banyak
cara dalam mendidik anak namun mendidik dengan memberikan teladan
adalah yang paling utama. Anak belajar dengan mudah karena orang tua
menjadi model bagi sang anak.
Oleh karena itu berikan teladan yang
baik kepada mereka, karena mereka akan selalu menconto apa yang kita
lakukan bukan apa yang kita perintahkan. Karena setiap ucapan dan
prilaku kita akan membentuk sebagian karakter anak kita. Untuk itu,
teladan yang baik akan membentuk karakter yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar