Aku bukan pion-pion catur
Aku nggak suka diatur-atur
Jangan coba menghalangi aku
Karena aku Generasi Biroe
Aku nggak suka diatur-atur
Jangan coba menghalangi aku
Karena aku Generasi Biroe
Aku nggak mau di rekayasa
Aku ingin berpikir merdeka
Jangan coba-coba untuk memaksa
Karna aku Generasi Biroe
Aku ingin berpikir merdeka
Jangan coba-coba untuk memaksa
Karna aku Generasi Biroe
Biru, biru ……… Generasi Baru !
Biru, biru ……… oo yeah..
Biru, biru ……… Generasi Biroe !!
Biru, biru ………
Biru, biru ……… oo yeah..
Biru, biru ……… Generasi Biroe !!
Biru, biru ………
"Generasi Biru" Slank |
Biarkan terbuka lebar
Nggak perlu tutup mataku
Aku ingin melihat jelas
Ini jaman Generasi Biroe
Nggak perlu tutup mataku
Aku ingin melihat jelas
Ini jaman Generasi Biroe
Ooh.. Biarkan kuteriak lantang
Untuk apa sumbat mulutku
Aku ingin bernyanyi keras
Ini lagu Generasi Biroe
Untuk apa sumbat mulutku
Aku ingin bernyanyi keras
Ini lagu Generasi Biroe
Biru, biru ……… Generasi Baru !
Biru, biru ……… oo yeah..
Biru, biru ……… Generasi Biroe !!
Biru, biru ……… Generasi 2000
Biru, biru ……… oo yeah..
Biru, biru ……… Generasi Biroe !!
Biru, biru ……… Generasi 2000
Aku bukan anakmu
Aku, cuma titipan
Mimpiku milikku
Aku ciptaan Tuhan
Aku, cuma titipan
Mimpiku milikku
Aku ciptaan Tuhan
Banyak manusia yang hidup di dunia ini
menginginkan kehidupan yang bebas dan tidak terkekang dengan berbagai
aturan. Sampai-sampai karena kuatnya keinginan ini mereka tidak lagi
mengindahkan norma-norma agama, sebab mereka menganggap agama sebagai
belenggu semata.
Meskipun faktanya, kebebasan yang tanpa
batas mustahil terwujud di dunia ini. Karena perbuatan yang dilakukan
oleh manusia sering dipengaruhi oleh dorongan hawa nafsu, sehingga
ketika seseorang meninggalkan norma-norma agama otomatis dia akan
terjerumus mengikuti aturan hawa nafsunya yang dikendalikan oleh setan,
dan ini merupakan sumber malapetaka terbesar bagi dirinya. Karena hawa
nafsu manusia selalu menggiring kepada keburukan dan kerusakan,
sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
إِنَّ النَّفْسَ لأمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلا مَا رَحِمَ رَبِّي
“Sesungguhnya nafsu (manusia) itu selalu menyuruh kepada keburukan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabb-ku.” (QS. Yusuf: 53).
Dan firman-Nya,
وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ
لَفَسَدَتِ السَّمَوَاتُ وَالأرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ بَلْ أَتَيْنَاهُمْ
بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَنْ ذِكْرِهِمْ مُعْرِضُونَ
“Andaikata kebenaran itu menuruti
hawa nafsu manusia, maka pasti binasalah langit dan bumi serta semua
yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka
peringatan (untuk) mereka (Al-Qur’an) akan tetapi mereka berpaling dari
peringatan tersebuat.” (QS. Al-Mu’minuun: 71).
Juga firman-Nya,
وَلا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطاً
“Dan janganlah kamu mengikuti orang
yang telah kami lalaikan hatinya dari mengingat Kami, serta menuruti
hawa (nafsu)nya, dan (semua) urusannya menjadi rusak/buruk.” (QS. Al-Kahfi: 28).
Arti kebebasan yang hakiki
Berdasarkan keterangan di atas, maka kebebasan hakiki yang mendatangkan kebahagiaan dan kesenangan hidup bagi manusia tidak mungkin dicapai dengan meninggalkan norma-norma agama, bahkan sebaliknya ini merupakan kesempitan hidup dan belenggu yang sebenarnya, sebagaimana yang terungkap dalam firman-Nya,
Berdasarkan keterangan di atas, maka kebebasan hakiki yang mendatangkan kebahagiaan dan kesenangan hidup bagi manusia tidak mungkin dicapai dengan meninggalkan norma-norma agama, bahkan sebaliknya ini merupakan kesempitan hidup dan belenggu yang sebenarnya, sebagaimana yang terungkap dalam firman-Nya,
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكاً وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
“Dan barangsiapa yang berpaling dari
peringatan-Ku, maka sesungguhnya dia (akan merasakan) kehidupan yang
sempit (di dunia), dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam
keadaan buta.” (QS. Thaaha:124). (Tafsir Ibnu Katsir, 3/227).
Imam Asy-Syaukani berkata, “Makna
ayat ini, ‘Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan (memberikan
balasan) bagi orang yang mengikuti petunjuk-Nya dan berkomitmen dengan
agama-Nya dengan kehidupan yang (penuh) kenikmatan di dunia, tanpa ada
kesedihan, kegundahan dan kesusahan (dalam) dirinya…Dan Dia menjadikan
(memberikan balasan) bagi orang yang enggan mengikuti petunjuk-Nya dan
berpaling dari agama-Nya dengan kehidupan yang sempit serta (penuh
dengan) kepayahan dan penderitaan (di dunia). Bersamaan dengan semua
penderitaan yang menimpanya di dunia, di akhirat (kelak) dia akan
(merasakan) penderitaan, kepayahan dan kesempitan hidup yang lebih berat
lagi.’” (Kitab Fathul Qadiir, 5/34).
Sebaliknya, Allah Subhanahu wa Ta’ala
menegaskan bahwa kebahagiaan hidup yang hakiki hanyalah akan dirasakan
oleh orang yang berkomitmen dengan agama-Nya dan tunduk kepada
hukum-hukum syariat-Nya. Ta’ala berfirman,
مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِنْ ذَكَرٍ أَوْ
أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً
وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal
saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia),
dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka (di akhirat)
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97).
Para ulama salaf menafsirkan makna
“Kehidupan yang baik (di dunia)” dalam ayat di atas dengan “kebahagiaan
(hidup)” atau “rezki yang halal dan baik” dan kebaikan-kebaikan lainnya
yang mencakup semua kesenangan hidup yang hakiki. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 2/772).
Sebagaimana Ta’ala menjadikan
kelapangan dada dan ketenangan jiwa dalam menerima syariat Islam
merupakan ciri orang yang mendapat petunjuk dari-Nya, dan kesempitan
serta terbelenggunya jiwa merupakan pertanda orang yang tersesat dari
jalan-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهدِيَهُ
يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلإسْلامِ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ
صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ كَذَلِكَ
يَجْعَلُ اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ
“Barangsiapa yang Allah menghendaki
akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya
untuk (menerima agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah
kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit,
seolah-olah ia sedang mendaki kelangit. Begitulah Allah menimpakan
keburukan/siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al-An’aam: 125).
Maka, melepaskan diri dari aturan-aturan agama Islam dengan dalih kebebasan berarti justru menjebloskan diri kedalam penjara hawa nafsu dan belenggu setan ya ng akan mengakibatkan kesengsaraan dan penderitaan berkepanjangan di dunia dan akhirat.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengungkapkan hal ini dengan bahasa yang indah dalam ucapan beliau,
“المحبوسُ مَنْ حُبِسَ قَلْبُه عن رَبِّهِ تعالى والمأسورُ مَنْ أَسِرَه هواه”
“Orang yang dipenjara adalah orang
yang terpenjara (terhalangi) hatinya dari Rabb-nya (Allah) Subhanahu wa
Ta’ala, dan orang yang tertawan (terbelenggu) adalah orang yang ditawan
oleh hawa nafsunya.” (Dinukil oleh imam Ibnul Qayyim dalam kitab Al-Waabilush shayyib minal kalimith thayyib, hal. 67).
Dalam hal ini, para ulama mengumpamakan kebutuhan manusia terhadap petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam agama-Nya adalah seperti kebutuhan ikan terhadap air. (Lihat kitab Al-Waabilush Shayyib, hal.
63). Maka jika demikian apakah mungkin dikatakan kebebasan hidup bagi
ikan adalah jika terlepas dari air, padahal sudah diketahui bahwa tidak
mungkin ikan akan bertahan hidup tanpa air?
Ok guy's, jadi jangan sampai salah kita mengartikan lagunya Slank 'Generasi Biru" tentang kebebasan dalam kehidupan sehari-hari. Kita boleh bebas sebebas-bebasnya dalam berkarya atau mengekspresikan ide-ide kita tapi dalam semua hal yang "positif dan bermanfaat".
Mudah-mudahan ini bermanfaat untuk kita semua agar kita khususnya slankers menjadi manusia yang beriman dan selamat dunia akhirat,amin... PISS !!!!
2 komentar:
Sipp !
Sipp !
Posting Komentar