Daftar Blog Saya

Senin, 15 Oktober 2012

PAK TANI

Sang kancil curi laser disc-nya pak tani
Pak tani lupa pasang alarm
Untung TV warnanya nggak hilang
Untung mobil BMW-nya nggak dibawa
Kapan-kapan...
Semua itu akan terjadi!!!
Entah kapan...
Para petani hidup bagai orang di kota!!!
Nggak mungkin-nggak mungkin semua itu terjadi
103 tahun mungkin
Nggak mungkin-nggak mungkin semua itu terjadi
100 tahun lagi, mungkin!!!
Petani bajak sawah pake traktor
Kerja rutin ngontrol ladang numpak Harley
Ngitung laba panen pake komputer
Ngirim order beras pake helikopter
Kapan-kapan...
Semua itu akan terjadi!!!
Entah kapan...
Para petani hidup bagai orang di kota!!!

Siang hari yang terik, angin sepoi-sepoi menerpa wajah yang berkeringat,sekian menit berlalu namun tak jua keringkan dan hapuskan lelah; wajah bersahaja seorang petani yang menikmati hidup di alam Indonesia di mana dia telah terlahir, ayah ibunya terlahir, kerabat-kerabatnyaterlahir,sahabat-sahabatnya terlahir, anak cucunya terlahir, bahkan tak pernah iabermimpi untuk menutup mata di negeri lain selain “INDONESIA’’.  Dia paham betul bagaimana Indonesia tentang perjuangannya, tentang darah dan pengorbanan pahlawan-pahlawannya, tentang budaya luhur dan simbol-simbol kebenaran, tentang kebanggaan dwi warna, tentang indah negeri “Nyiur Melambai”. Pikirannya melayang akan sesuatu, akan perubahan-perubahan jaman, akan perubahan-perubahan yang berbalik arah, tentang semangat reformasi yang dijadikan tameng kebebasan; lamunannya tercurah bagai air terjun yang begitu derasnya. Dia berpikir tentang kesejahteraan yang adil dan beradab
Dia tersenyum lalu bergumam dalam hati: “aku yakin akan terjadi perbedaan antara pikiranku dan para petinggi negara, sebab kesejahteraan menurutku adalah rakyat. Rakyatlah sebagai tolak ukur kesejahteraan itu, cukup bagiku aku dan keluargaku dapat makan, minum dan berteduh di sebuah rumah kecil dan mungil, sebidang sawah tempat aku bermain dengan pacul dan bibit-bibit padiku setiap hari. Aku tak menuntut apa-apa dari para petinggi negara, tak perlu ada BLT, tak perlu ada dana kompensasi yang akhirnya akan memperkeruh kemuliaan tujuan, menjadi kebijakan yang harus dituding dan dikritik habis-habisan, sebab aku telah diajarkan oleh nenek moyangku untuk tidak hanya sekedar “Menadahkan tangan” untuk sesuatu yang sesungguhnya aku mampu dari tenaga dan pikiranku.
Pernahkah petinggi-petinggi negara berpikir, agar seluruh rakyat Indonesia
dapat berpikir seperti aku? Seorang petani yang selalu bangga atas kemampuan sendiri, seorang petani yang berdiri di atas kakinya sendiri (BERDIKARI). Bukan maksud petani itu menolak konsep dan kebijakan tentang kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan, petani itu hanya berkeinginan adanya pemerataan yang benar-benar rata dan adil, dia pun paham begitu sulit mengatasi hal itu, apalagi yang berhubungan dengan perut rakyat. Dan petani itu tersenyum dalam hatinya berkata : “besok aku harus lebih giat lagi bertani, mencangkul lahan, siapa tahu hasil panen kali ini berlimpah, amin!!!”
Duhai rakyatku senasib sepenanggungan , ubahlah cara berpikir kita tentang pemimpin, jangan mau ditipu oleh lembaran-lembaran rupiah yang secara sengaja atau tidak sengaja telah kita belanjakan untuk makan dan minum anak istri kita. Kita berdosa karena itu, kita zalimi hidup kita, kita titipkan suatu dosa yang besar untuk anak cucu kita, untuk negeri kita tercinta INDONESIA (akhir kalimat dan bahasa hati petani, yang telah tertidur lelap di alam mimpi panen yang berlimpah). M E R D E K A !!!!





Kota batik di Pekalongan
Bukan Jogja, bukan Solo
Gadis cantik jadi pujaan
Jgn bejat... jgn bodo !
Negri kaya tanah Papua
Bukan Palembang, bukan Jakarta
Ekonomi maju bersama
Jgn timpang tdk merata
Buang sampah di Bantar Gebang
Jgn buang di desa Bojong
Banyak harta jgn lupa nyumbang
Kalo kaya jgn jadi sombong
Banyak pejuang di tanah Rencong
Melawan ketidakadilan.
Laki-laki jgn kaya bencong
Braninya Cuma ribut tawuran !
"SBY" Slank

Tidak ada komentar: